Kak Abbas

 

Lahir pada hari Sabtu, tanggal 01 Nopember 1980, pemilik nama asli Edi Susanto ini akrab dipanggil dengan nama Abbas, diambil dari nama salah seorang paman Rasulullah, yaitu Abbas bin Abdul Mutholib. 

Saat masih sekolah di SMUN 2 Mataram, siswa yang aktif dalam organisasi Islam disekolah saling menjuluki teman-temannya dengan nama-nama sahabat Nabi, awalnya hanya main-main saja tapi lama-lama jadi terbiasa. Maka Edi Susanto kemudian dipanggil dengan nama alias Abbas Abdurrahman atau disingkat Abbas.  

Ketika remaja Abbas seringkali ikut ambil bagian dalam kegiatan Remaja Masjid Al-Mujahidin Tanjung Karang, seperti ketika ada kegiatan gotong royong di Masjid, pengajian, membantu panitia Ramadhan, Idul Fitri dan sebagainya, 

PERIODE 1998-2000


Pada tahun 1998, ketika usianya menginjak 18 tahun, atau kelas 3 SMA, Abbas diajak untuk masuk dalam kepengurusan TPA Al-Mujahidin, yang pada waktu itu dikelola oleh Remaja Masjid Al-Mujahidin, sebagai tenaga pengajar.

Karena baru pertama kali terjun dan berkenalan dengan dunia mengajar anak-anak mengaji, Kak Abbas pada awalnya merasa ragu dan tidak percaya diri, namun rekan-rekan Remaja Masjid selalu menyemangati agar tidak patah semangat dalam mengajar, tidak ada yang langsung bisa, kata mereka, semua butuh proses.

Photo 1 : Abbas (tengah) bersama pengajar TPA Al-Mujahidin

Photo 2 : Abbas berfoto bersama santri dan pengajar di halaman Masjid


Photo 3 : Abbas bersama Kepala TPA di ruang sekretariat TPA

Abbas pada waktu itu ditunjuk untuk menangani Kelas B Putri , menjadi Wali Kelasnya sekaligus sebagai tenaga pengajar. Anak-anak kelas B Putri itu rata-rata masih kelas 1 atau kelas 2 SD semua. 

Photo 4 : Anak-anak Kelas B Putri (duduk) dalam sebuah acara

Pada tahun 1999, Abbas bersama rekan-rekan pengajar TPA Al-Mujahidin berangkat ke kota Yogyakarta untuk melakukan Study Banding mengenai sistem pembelajaran Metode Iqro' di Pusat Penelitian dan Pengembangan Metode Iqro' (Balai Litbang Iqro') di Kotagede Yogyakarta. 

Disana kita bisa mengamati proses belajar mengajar menggunakan Metode Iqro', mengikuti penataran dan bimbingan, serta melihat-lihat berbagai macam alat peraga dalam pengajaran Metode Iqro'.

Photo 5 : Dalam perjalanan ke Yogyakarta menggunakan kapal laut

Photo 6 : Berpose didepan asrama Kotagede Yogyakarta

Photo 7 : Mendalami sistem pengajaran Metode Iqro' bersama rekan pengajar

Photo 8 : Berfoto bersama pengurus LPTQ Nasional Team Tadarrus AMM

Photo 9 : Mengunjungi Depot Iqro, menjual macam-macam alat peraga metode Iqro'

PERIODE 2000-2002


Pada tahun 2000, Abbas bersama beberapa pengajar TPA Al-Mujahidin mulai merintis kelompok pengajian rumahan, yang dinamakan sistem Halaqoh. Ada tiga Halaqoh yang sempat terbentuk, yang kemudian digabung menjadi dua halaqoh saja, yaitu Halaqoh 1 dan Halaqoh 2.  

Sistem Halaqoh ini dimaksudkan untuk menampung anak-anak yang tidak bisa mengaji di Masjid disebabkan satu dan lain hal, misalnya Les, Ekstrakulikukler, tidak ada yang mengantar atau hal yang lainnya.


PERIODE 2002-2018


Pada tahun 2002, Abbas bersama rekan pengajar TPA Al-Mujahidin mendirikan unit TPA baru dengan nama TPA Bina Insan Kamil, bertempat di Masjid Nurul Huda, Jl. Panji Asmara, Tanjung Karang.

Mulai di TPA Bina Insan Kamil ini panggilan "ustadz" atau "ustadzah" untuk pengajar dihilangkan agar masyarakat tidak keliru dengan gelar "ustadz" atau "ustadzah" yang biasa mengisi pengajian atau ceramah. Sebab hal ini dulu pernah memicu polemik ditengah masyarakat dikarenakan ustadz yang biasa mengisi ceramah di Masjid memberikan teguran agar tidak mudah menyematkan gelar "ustadz" atau "ustadzah" pada seseorang. 

Untuk meredam polemik tersebut maka digunakanlah panggilan "Kak" bagi semua pengajar TPA Bina Insan Kamil, panggilan yang umum dan tidak menuai polemik dimasyarakat.

Sejak itu, Abbas mulai dikenal dengan nama panggilan Kak Abbas


Photo 10 : Kak Abbas mengajar santri di TPA Bina Insan Kamil

Photo 11 : Kak Abbas bersama santri TPA Bina Insan Kamil

Anak-anak yang mengaji TPA Bina Insan Kamil selain berasal dari lingkungan komplek Panji Asmara juga ada yang datang dari kampung di pinggiran Perumnas. Sistem pendidikan di TPA Bina Insan Kamil yang tidak memungut biaya membuat anak-anak ramai mendatangi Masjid.

Photo 12 : Anak-anak dari kampung mengaji di TPA Bina Insan Kamil

Selain mengaji, di TPA Bina Insan Kamil santri diberi waktu untuk bermain bersama agar mereka bisa berbaur dan bergaul dengan baik dengan teman-temannya dan agar mereka tetap mendapatkan hak untuk menikmati keceriaan masa kecilnya.

Photo 13 : Anak-anak main lompat karet di halaman Masjid

Selain itu, untuk memfasilitasi agar anak-anak gemar membaca, dibuatlah perpustakaan kecil dimana mereka bisa membaca buku-buku bacaan disela-sela waktu mengaji. Buku-buku ini juga bisa dipinjam untuk dibaca dirumah.

Photo 14 : Anak-anak memilih buku bacaan


Photo 15 : Anak-anak membaca buku bersama

TPA Bina Insan Kamil ini adalah tempat dimana Kak Abbas banyak menghabiskan masa waktu mengajarnya. Selama rentang waktu kurang lebih 15 tahun disana ada banyak kenangan yang begitu berkesan, hal ini mendorong Kak Abbas untuk membuat album video kenangan untuk anak-anak, agar mereka bisa kembali melihat kenangan masa kecilnya saat nanti telah beranjak dewasa,

Kenangan itu tersimpan dalam bentuk Video CD Album Kenangan Santri TPA Bina Insan Kamil sebanyak 2 Volume, pada waktu itu belum ada media seperti youtube, jadi publikasi rekaman video masih harus menggunakan media VCD atau DVD, 



PERIODE 2018-2025


Pada tahun 2018, Masjid Nurul Huda mengalami renovasi, hal ini mengakibatkan aktivitas belajar mengajar harus dihentikan untuk waktu yang belum bisa dipastikan. Ditengah kebingungan mencari tempat mengaji yang baru untuk anak-anak, selepas shalat maghrib, Kak Abbas dipanggil oleh salah seorang Pengurus Masjid Al-Mujahidin untuk diajak bicara.

Dalam pembicaraan itu, Kak Abbas diminta kesediaan untuk menjadi tenaga pengajar di TPQ Al-Mujahidin yang rencananya akan dibuka kembali setelah lama ditutup karena proses renovasi Masjid. Pada kesempatan itu Kak Abbas menyampaikan kondisi TPA Bina Insan Kamil yang tidak memiliki tempat belajar karena Masjidnya sedang direnovasi juga, maka disepakatilah untuk menggabungkan TPA Bina Insan Kamil ke TPQ Al-Mujahidin agar anak-anak bisa tetap mengaji kembali.

Proses pindahan ditandai dengan membawa semua perangkat belajar di TPA Bina Insan Kamil ke Masjid Al-Mujahidin, seperti bangku belajar, papan tulis, lemari arsip dan lain sebagainya. 

Kemudian santri TPA Bina Insan Kamil diberikan surat pindah untuk bergabung ke TPQ Al-Mujahidin.



Sejak saat itu, mulailah Kak Abbas mengajar kembali di TPQ Al-Mujahidin Tanjung Karang

Photo 16 : Kak Abbas mengajar di TPQ Al-Mujahidin


No Comment
Add Comment
comment url